never give up

Jalan itu berliku, aku tak tahu kemana aku harus melangkah. Aku kehilangan arah dalam sekejap, mataku terpejam, mulutku membisu. Tak ada pelita memancar sedikitpun berusaha memberi jawab atas pertanyaan hatiku.
Ketika aku berusaha berbalik, pintu itu sudah tertutup dan menghilang. Terpaksa aku harus terus melangkah walau entah kemana kaki ini membawa. Tanpa tujuan tanpa cahaya, melangkah tanpa henti hingga akhirnya terantuk batu dan terjatuh. Akupun menangis sejadi2 nya mengingat tak akan ada yang menopangku, tak akan ada yang akan membersihkan lukaku, tak akan ada yang melihatku terjatuh, dan tak ada yang perduli akan kejatuhanku.
Sekelibat kudengar suara tawa yang ricuh ketika kuterjatuh. Tak hanya satu, suara itu kini menjadi dua, tiga, empat, lima, dan kini aku mulai tidak dapat menghitung berapa jumlah tawa itu…hey, aku ini sedang terjatuh, mengapa bukan tangis yang terdengar malah suara tawa yang membahana menyandera udara disekelilingku. Apa yang ditertawakan, apakah lucu jika aku terjatuh?diamlah, walau sesaat beri aku udara untuk bernafas.
Aku tak perlu rasa kasihan, atau uluran tangan tuk membantuku berdiri, cukup hentikan saja tawa itu, karena tawa itu mulai membuatku pusing dan mual sehingga aku menjadi lemas dan tidak kuat untuk berdiri lagi menopang sendiri tubuhku.
Tapi tenang saja, aku tak akan kehilangan asaku. Dengan sisa tenaga aku akan merangkak, seperti bayi yang hendak belajar berjalan, seperti itu pula aku akan mulai berdiri, berpijak dari angka nol, bersandar pada kehampaan, berpegang pada kejatuhan, aku bisa.
Aku harus berdiri, aku akan berlari secepat mungkin melewati lorong waktu ini hingga sampai pada hari akhirku tanpa mengingat kejatuhanku lagi dan agar suara tawa itu terdengar senyap- senyap berbaur dengan hembusan angin yang menerpaku disaat ku berlari menyusuri lorong gelap dan berliku ini. Dan pada akhirnya aku akan merenggut tawa itu dari dunia fana dan menjadikannya budak kebahagiaanku.

Leave a comment