DIA, IBUKU

“Kami bukanlah manusia suci, kami hanyalah manusia biasa, namun jika kau mengenalku atau saudaraku sebagai orang yang baik, maka semua itu salah ibuku. Ibuku yang membuat kami baik dan itu baik untuk kami dan baik untuk orang – orang disekitar kami. Maka ketika aku melakukan kebaikan padamu, janganlah kau hanya berterima kasih padaku, tapi berterima kasihlah juga padanya, karena dialah aku mampu menjadi baik.”

Ibuku, seperti wanita kebanyakan yang telah mempunyai tiga orang anak. Dia bertubuh gemuk dengan perutnya yang berlemak, dimana dulu sewaktu kecil aku selalu berpikir bahwa ia sedang mengandung dan adik bayi itu ternyata hanya gumpalan lemak yang tidak akan pernah lahir. Di wajahnya tampak sedikit keriput yang ditutupi sempurna dengan make up yang masih memperlihatkan sisa-sisa gadis idaman para pria pada masanya. Yah, kuakui bahwa ibuku masih terlihat cantik diusianya yang ke enam puluh satu ini dan aku selalu berharap ketika tua nanti aku akan seperti dia, tetap dikagumi, hehe, berharap boleh kan….

Gerak gerik ibuku selalu saja menjadi hal menarik bagi kami anak-anaknya. Mata kami, telinga kami, mulut kami dan pikiran kami tidak akan pernah diam ataupun tertutup ketika itu menyangkut ibuku. Tingkah polanya yang lucu selalu mampu membuat kami tertawa disaat kami sedih, bahkan ketika kami curhat mengenai patah hati, dia bisa menjadi badut terlucu untuk kami. Ah, tidak, jangan kalian pikir karena dia lucu maka ia tidak pernah marah, salah besar kalau kalian berpikir seperti itu. Ibuku itu manusia, manusia normal yang bisa tertawa, sedih dan marah. Dia akan sangat marah sekali kalau kami tidak disiplin, malas belajar, atau berantem satu dengan lainnya hanya karena mainan atau makanan. Pernah suatu kali dia melempar tas dan sepatu sekolahku kehalaman rumah karena aku tidak meletakkan tas dan sepatu itu pada tempatnya dan malah pergi bermain bersama teman-teman disekitar rumahku. Kejam ya, ya pikirku saat itu. Tapi aku lupa sudah berapa kali aku melakukan itu, sudah berapa kali juga ibuku memperingatkan aku untuk merapihkan barang –barang itu, dan itu merupakan cara terakhir yang digunakan ibuku untuk membuat efek jera padaku, dan sayangnya, itu berhasil. Namun dibalik galaknya ibuku, ibuku sangat memikirkan aku yang pelupa. Ia rela merogoh koceknya lebih banyak untuk mengontrak rumah dekat sekolahku supaya aku tidak ketinggalan tas sekolah atau sepatu lagi (this is truly happened to me, bingung kan, sama aku juga).

Ketika masa-masa remaja dimana biasanya terjadi pemberontakan, sebagai remaja normal dan gaul akupun mengalaminya. Ibuku menjadi satu-satunya musuh terbesarku yang akan melarang semua hal yang aku ingin lakukan. Dia menjadi lawan debat setiaku saat itu. Selalu saja apa yang aku lakukan salah dimata dia, selalu saja ada komentar yang keluar dari mulutnya mengenai dandananku, selalu saja dia ingin tahu atas semua kegiatanku, teman-temanku atau kehidupan sekolahku. Tiba-tiba dia bisa menjadi seorang detektif handal yang tahu dengan siapa aku dekat, kapan aku berencana nonton bioskop, kemana aku pergi atau curhatan apa saja yang aku bicarakan dengan sahabat-sahabatku. Ah, momen paling menyebalkan menurutku, seakan ada cctv mengikuti aku. Ayolah ma, aku kan bukan anak kecil lagi, aku sudah 17 belas tahun, sudah besar, sudah punya KTP, aku sudah tau mana yang baik mana yang jahat. Baiklah, aku menang, mama mengalah memberikan aku sedikit kebebasan, dan aku merasa bahagia. Sementara… ya, bahagia sementara, sampai teman-temanku menyakitiku, kekasihku ternyata mengkhianati aku. Aku perlu mamaku, dan dia ada, dia selalu ada disana, duduk di kursi kesayangannya sambil membaca buku – buku resep masakannya. Aku menghampirinya malu, dia tersenyum dan memelukku tanpa bertanya tanpa berkata, dia hanya memelukku dan membelai lembut kepalaku. Ah, hangatnya pelukan ini.

Pada saat SMP kelas tiga, ibuku memberi kabar kalau ayahku terkena stroke dan juga perusahaan ayah bangkrut ditipu dan kami terlilit hutang yang besar sehingga harta yang kami punya harus direlakan untuk membayar hutang dan biaya rumah sakit ayah. Dari detik itu aku melihat peluh ibuku bercucuran demi tawa putra –putrinya. Dari detik itu aku mengetahui arti sebenarnya dari pribahasa kepala jadi kaki, kaki jadi kepala. Ya, itu ibuku. Seorang wanita yang dimanja oleh suaminya, yang selalu berkecukupan, yang tidak pernah berkutat dengan mesin atau listrik dan kini dia harus mengais rejeki, menjadi seorang mekanik saat ada elektronik dirumah yang rusak atau disaat listrik padam, menjadi seorang ibu sekaligus ayah. Ibuku melakukan semua hal yang dia mampu dan tidak mampu agar kami anak-anaknya dapat bersekolah. Dia mengajarkan kami menerima keadaan dan bersyukur. Dia mengajarkanku untuk tidak menyalahkan keluguan ayahku sehingga ia dapat tertipu. Dia memberi contoh pada kami untuk memaafkan orang yang telah menipu ayahku. Dia selalu berkata, “lupakanlah kejahatan orang lain padamu, maafkanlah mereka, doakan dan berterima kasihlah atas apa yang mereka lakukan padamu, dan bersyukurlah kamu mampu memaafkan mereka dan melampaui cobaan ini”. Ibuku mengajarkan kami untuk berbagi dan tidak egois, bahkan disaat kami hanya punya satu roti. Teringat kenangan  pada saat hujan besar dirumahku, hampir terlihat badai. Seorang pemulung bersama anaknya mencoba memanfaatkan atap kecil yang berada di atas pagar rumahku untuk berteduh. aku dan adikku melihat mereka dan tidak kami hiraukan, namun ibuku dari dapur membawa dua buah gelas teh manis hangat. Aku dan  adikku bersorak karena ibuku membuatkan kami teh manis hangat, namun ternyata itu bukan untuk kami namun untuk si pemulung dan anaknya tersebut. Kami bersungut-sungut kesal dan kecewa, namun ibuku hanya tersenyum lalu menarik kami melihat melalui celah jendela. Ibuku berkata, lihat mereka, mungkin yang kita berikan tidaklah seberapa, namun lihat betapa itu sangat dibutuhkan oleh mereka, jadi jangan merasa rugi dan kesal jika memberikan sesuatu kepada orang lain, karena mereka akan membalas kita dengan rasa syukur dan doa. Ibuku sangat-sangat memiliki keyakinan yang kuat mengenai kebaikan dan itu tak terbantahkan dan kamipun percaya.

Ibuku, dia bukanlah super woman seperti di tivi tivi yang sexy, tapi ia mencoba untuk menjadi supermom yang paling hebat. Dia membuang semua rasa malu dan harga dirinya agar kami kenyang. Bertahan dalam kesepian dan tetap setia pada janji pernikahannya. Sepertinya dia melupakan dirinya demi kami, dia tidak perduli jika jarinya terluka ketika memotong bahan – bahan makanan untuk dia jual, dia tidak sadar ketika sandal yang ia gunakan sudah tidak layak menutupi surga yang ada di telapak kakinya, dia melupakan rasa laparnya, dia membuat dirinya tuli akan cemooh orang disekitar, dia lupa kalau dia punya kehidupan selain anak-anaknya. Ah, ibu, jangan salahkan kami jika kami mengagumimu dan kini ijinkan kami mengembalikan hidupmu yang telah lama hilang. Misi kami saat ini adalah membuat tawanya setulus dulu, membuat tangisnya terhenti, mengangkat harga dirinya yang telah jatuh, meletakkan kembali rasa hormat orang – orang padanya, membuka sumpal telinganya agar ia bisa mendengar pujian orang – orang padanya dan memasang kasut pada kakinya untuk melindungi surga itu.

Kami bukan anak – anak hebat dengan segudang prestasi. Kami juga bukan anak jenius yang mampu menciptakan teknologi –teknologi terbaru. Kami tidak memiliki wajah tampan ataupun secantik actor- aktris, atau bahkan miss universe. Kami tidak mampu menjanjikan bintang dan bulan untuk ibu, namun kami akan selalu berusaha untuk menjadi anak kebanggaan ibu dengan cara kami, dengan segenap kemampuan kami, dengan setulus hati kami, dengan semua cinta yang kami miliki untuk ibu sehingga semua air mata dan keringat yang ibu tumpahkan tidaklah sia – sia. Doakan kami, anakmu, ma, supaya kami mampu mengembalikan guratan bahagia itu diwajahmu.

I love U, Ma….

We love U …

Nb:

If you like this essai, please visit this website and press like for me. thank you

http://www.sejutaekspresi.com/tulisan/dia-ibuku/?message=post_success#

WHY?

Apakah salahnya jika mencinta dengan begitu tulus

Apakah salahnya jika mengharapkan dicinta dengan tulus

Apakah salahnya sebuah harapan

merajut ataupun menyulam tak bedanya dengan menari atau menyanyi,,,,

jika aku wanita,, dia yang kau cinta sekarangpun wanita,,,

lalu apa bedanya antara diriku dengan dia?

Kami sama – sama menapak pada bumi, menatap pada langit

Lalu apa salahnya diriku dan apa benarnya dia

tak  apa kau bercinta dengannya,

hatiku telah beku

mulutku tlah membisu

telingaku tlah tuli

dan bahkan aku tlah membutakan mataku

apakah itu juga belum cukup untukmu

hingga kau ingin mencukil hatiku tuk dirinya

mengapa hatiku tak cukup untukmu

apakah begitu kecil hatiku atau begitu serakah dirimu

 

never give up

Jalan itu berliku, aku tak tahu kemana aku harus melangkah. Aku kehilangan arah dalam sekejap, mataku terpejam, mulutku membisu. Tak ada pelita memancar sedikitpun berusaha memberi jawab atas pertanyaan hatiku.
Ketika aku berusaha berbalik, pintu itu sudah tertutup dan menghilang. Terpaksa aku harus terus melangkah walau entah kemana kaki ini membawa. Tanpa tujuan tanpa cahaya, melangkah tanpa henti hingga akhirnya terantuk batu dan terjatuh. Akupun menangis sejadi2 nya mengingat tak akan ada yang menopangku, tak akan ada yang akan membersihkan lukaku, tak akan ada yang melihatku terjatuh, dan tak ada yang perduli akan kejatuhanku.
Sekelibat kudengar suara tawa yang ricuh ketika kuterjatuh. Tak hanya satu, suara itu kini menjadi dua, tiga, empat, lima, dan kini aku mulai tidak dapat menghitung berapa jumlah tawa itu…hey, aku ini sedang terjatuh, mengapa bukan tangis yang terdengar malah suara tawa yang membahana menyandera udara disekelilingku. Apa yang ditertawakan, apakah lucu jika aku terjatuh?diamlah, walau sesaat beri aku udara untuk bernafas.
Aku tak perlu rasa kasihan, atau uluran tangan tuk membantuku berdiri, cukup hentikan saja tawa itu, karena tawa itu mulai membuatku pusing dan mual sehingga aku menjadi lemas dan tidak kuat untuk berdiri lagi menopang sendiri tubuhku.
Tapi tenang saja, aku tak akan kehilangan asaku. Dengan sisa tenaga aku akan merangkak, seperti bayi yang hendak belajar berjalan, seperti itu pula aku akan mulai berdiri, berpijak dari angka nol, bersandar pada kehampaan, berpegang pada kejatuhan, aku bisa.
Aku harus berdiri, aku akan berlari secepat mungkin melewati lorong waktu ini hingga sampai pada hari akhirku tanpa mengingat kejatuhanku lagi dan agar suara tawa itu terdengar senyap- senyap berbaur dengan hembusan angin yang menerpaku disaat ku berlari menyusuri lorong gelap dan berliku ini. Dan pada akhirnya aku akan merenggut tawa itu dari dunia fana dan menjadikannya budak kebahagiaanku.

#disabilities

STOP bullying

STOP bullying

I’m deaf, but I’m not dumb….

Autism you called me, but don’t you know that I’m genius?

I can not see the world with my eyes, but my heart can see your sincerity ….

 

Do not make jokes about my disability,

because you are not a perfect man either.

 

That’s why we are called human being, not God

#disabilities

We are disabled, but that does not mean we are not human

 

you are a normal human being, it does not make you as a perfect man,

because as everyone on earth knows, there is no perfect human being created.

 

That’s why we’re called human beings, not God

Mereka sebut dia ‘GILA’

Pria itu berjalan di tengah jalan yang penat dan terik sambil tertawa,

entah apa yang ia tertawakan….

badannya sungguh kurus tak terurus tak tertutup sehelai benangpun

semua mata menatap jijik, bisikan – bisikan kata ‘gila’ sayup – sayup terdengar,

namun dia tetap tertawa riang

tak peduli suara – suara itu, tak peduli tatapan – tatapan nanar itu…

ah andai dia melakukan hal yang sama dahulu,

tak peduli…

berserah, menerima…

merelakan…

dan percaya semua ada jalannya…

mungkin saat ini dia tidak tertawa sendiri,

mungkin dia akan menikmati saat tuanya di sebuah rumah mungil sambil menikmati seteguk kopi panas.

Tapi itu hanya mungkin,

ntah apa yang pernah dilaluinya,

yang kutahu hanya…

dia menyerah

dan dia telah kalah…

Caraku mencintaimu

Malam ini terasa begitu sepi terlebih setelah aku mendengar bahwa kau mencintai dia. Apa yang harus kulakukan? Sebagai seorang sahabat yang baik, saat ini harusnya aku tersenyum bahagia, namun hati ini lebih memilih sebagai seorang wanita yang mencintaimu diam-diam.

Semua orang mengatakan sangat mustahil bagi pria dan wanita untuk bersahabat. tapi aku sangat yakin dengan hatiku yang akan hanya terus melihatmu hanya sebagai seorang sahabat, namun aku tidak terlalu mengenal hatiku sendiri. Aku terjatuh dalam rasa mustahil itu. Aku mencintaimu bukan hanya menyukaimu. Aku menyayangimu, bukan hanya mengagumi…

Ini salahku, salahku mengenalmu, salahku yang tidak mengenal baik hatiku, salahku yang membiarkan kau menjadi bagian terpenting hidupku, salahku mencintaimu yang ku tahu kau hanya melihatku sebagai sahabat…

***********************

Pagi ini aku melangkahkan kaki ke telp umum terjauh dari rumah. Aku takut jika ada seseorang yang kukenal mendengar pembicaraanku di telp. Jantungku berdegup begitu keras, hingga kurasa ia akan melompat keluar atau berhenti seketika. Ah, apa aku sudah gila, pikirku, meletakkan kembali gagang telp ke tempatnya. Aku berputar-putar sambil menggigit kukuku seperti yang biasa kulakukan ketika aku gugup atau takut. Tidak! Tekadku sudah bulat. Aku harus melakukan ini atau aku menyesal seumur hidupku. Sudahlah, untuk apa aku berpikir lagi, toh sebanyak dan sekeras apapun aku berpikir hasilnya akan sama. Ini soal HATI! Soal perasaan. Aku tidak mungkin mengubah dan memaksakan hati seseorang. Aku harus melakukannya. Ini kesempatan terakhirku untuk menunjukkan cintaku pada orang yang sangat berarti bagiku dengan caraku.

********* ****
Telp itu berdering. Terdengar suara lembut diujung sana. Ah, betapa bodohnya aku karena cinta. Betapa gilanya aku. Tapi percuma, dia sudah mendengar suaraku, akan lebih tampak sangat konyol dan memalukan jika kututup telp ini begitu saja.

” Hai, Ini Andrea. Rea.”
“Oh, hai Re. Tumben lu telp g? Ada apa? Aneh banget…” Ah, tuh kan kelihatan aneh dan ga jelas gitu.
” Hehehe… Iyah, emang aneh. Apa g tutup aja yah telpnya? ” Lho, koq tambah aneh…. Matilah gua…
“Hahahaha… Ga lah, becanda. Kenapa Re?”
“Hmmm…. Ga si, cuma g denger lu uda putus ya?” Kataku sedikit terbata…
“Ah, g tau ini bukan urusan g, cuma…”
Kataku lagi berusaha melanjutkan tapi kata-kata itu terasa hanya di tenggorokan.
“Emang bukan urusan lu. Trs kenapa lu telp g?” Jawabnya tiba2 menjadi ketus
” Sorry-sorry, g bukan mau bikin lu tersinggung atau inget-inget masalah ini. Tapi g mst ngomong ini ke lu.”
“Apa? Bukannya lu puas?”
“Ga, g ga pernah berharap kaya gini. Justru itu sekarang g telp lu.”
“Oh ya? Ga pernah berharap? Lalu?”
” G mau lu balikan sama dia. Dia cinta banget sama lu dan sekarang dia lagi desperate banget gara-gara kehilangan elu. Plis sekali ini denger kata-kata g.”
“Oh ya? Kenapa g harus percaya?”
“Karena hanya ini yang bisa g lakuin. Dan ini yang terakhir. G yakin Nad, lu bisa bahagian Rio, karena yang Rio butuh itu lu.”

Tut…tut… Tut…

**************

“Oi Rea… Sini..sini..”
“Hey la, uda lama?”
” Iya, lu lama banget. Eh, bukannya itu Rio? Koq sama Nadia lagi? Bukannya uda putus tuh kemaren?”
Aku hanya menggeleng dan mengangkat bahu sebagai jawabanku untuk Lala. Sepintas aku melirik pada mereka yang tersenyum bahagia diujung sana. Yah, ini caraku mencintaimu, Rio, sahabat dan wanita yang diam-diam mencintaimu.

Ini Hidupku

Kami adalah sekumpulan orang tidak beruntung yang selalu beruntung…

Kami yang dipaksa bersedih dengan tawa dan senyuman…

Kami miskin dan tak berdaya, tapi kami punya rahasia kekuatan mahadaya…

Mereka bilang kami anjing yang sok kaya, tapi mereka lupa anjing punya sifat mulia dan setia…

Ah, peduli setan apa kata orang. Kami yang tahu hidup kami, kami yang rasa, kami yang derita, kami yang nikmati…

Kami menangis, namun kami bahagia

******** Enjoy Your Life ***********

Regards,
Seseorang yang merasa beruntung n bahagia

Short story of ADAM and HAWA

HAWA:

Dulu…hmm.. Sampai sekarang mungkin… kupikir aku adalah tulang rusuknya. Seseorang yang memang diciptakan hanya untuk dia… Mungkin dia hanya tidak menyadari aku adalah hawanya hingga ia lupa keberadaanku. Aku mencintainya, walau ia melupakan atau bahkan ketika ia menolakku… Aku akan terus mencintainya… Aku tidak mengharapkan ia akan membalas cintaku atau sadar bahwa aku memiliki tulang rusuknya, aku hanya ingin melihat dia bahagia, dengan apapun, siapapun, kapanpun, dimanapun dan bagaimanapun…
I’m desperately in love with you until i don’t care anymore with my heart… As long as u happy, i will always happy… I promise, i will be your angel of happiness, i will protect your happiness forever…

ADAM
Aku bertemu dengan seorang wanita, dia sungguh berbeda denganmu hawa. Dia terlihat sungguh cantik, menyenangkan, pandai dan glamour, berbeda sekali dengan dirimu, yang juga cantik, pandai dan menyenangkan namun lebih sederhana dan simple minded. Kau lebih manja dan terkadang aku pikir kau akan menjadi seorang istri yang baik, karena kau begitu memperhatikan dan melayaniku. Aku begitu bingung memilih antara kau, hawa atau dia. Aku mencoba bertanya pada hatiku, dia berkata kau yang terbaik, namun pernah kan kau dengar, don’t believe only to one person, so i’m asking to my friends. My friends said, ” lu kan lagi cari calon istri bukan pembantu buat ngelayanin…  So pick the second one… She suits u better, smart, pretty, and fabulous… Seperti biasa, hanya kau yang bisa menjawab pertanyaanku, maka aku pun bertanya padamu, dan kau menjawab jika dia bisa membuatku bahagia dibandingmu, maka aku harus memilih dia dibanding dirimu….. So i pick her than u… When i did that, my heart beat so fast, rasanya seperti ada yang menusuk2 hatiku, tapi entah apa, aku pikir mungkin karena aku terlalu keras berpikir dan besok ketika aku bangun dari tidurku, dia akan kembali seperti semula. So, hawa, let’s start a new story…

HAWA
Adam, dimanakah kau berada sekarang. Sepertinya sudah lama sekali aku tak melihat wajahmu, melihat senyummu dan mendengar suaramu…
Hari ini, ketika kau tak ada disekitarku dan ketika aku merasa sangat kesepian, ada seorang teman lama yang mengatakan padaku bahwa tulang rusuk yang aku miliki adalah miliknya. Aku mengatakan tidak mungkin, bagaimana mungkin ini miliknya secara ditulang rusuk ini telah terukir namamu. Dia pasti berbohong karena dia salah mengira aku dengan orang lain. Melihatnya sungguh amat kasihan, terlebih ketika kulihat matanya, ia tampak begitu sedih mendengar perkataanku. Aku jadi merasa bersalah. Karenanya aku katakan padanya, ia boleh meminjam tulang rusuk ini hingga dia menemukan tulang rusuk sebenarnya atau sampai kau kembali mengambil tulang rusuk ini dariku. Bolehkah aku meminjamkannya? Sejak aku tidak dapat bertanya padamu, maka aku mengijinkannya meminjam tulang rusuk ini, it’ll be yours always, don’t panic…

ADAM
Hawa, kupikir ini adalah keputusan yang tepat untuk lebih memilih dia dibanding dirimu. Dia begitu lucu dan menyenangkan. Dia dapat menemaniku kemanapun aku mau tanpa menjadi bebanku… Dan yang utama, ayah ibuku dan seluruh keluarga menyukainya, mereka tampak bahagia ketika dia ada di sekitar. Hawa…kau juga harus move on, jangan memikirkanku lagi, jangan mengingatku, dan jangan menungguku, aku bahagia… Tapi ada yang aneh di diriku, sejak aku memutuskan untuk pergi dan melupakanmu, aku memiliki penyakit hati… Hati ini akan selalu berdebar kencang dan terasa sakit setiap kali ak berpikir atau teringat tentangmu. Maafkan aku hawa, bukan aku ingin benar2 melupakanmu namun aku tidak kuat setiap hati ini terasa sakit, jadi aku berusaha untuk tidak mengingatmu… Hawa, Aku melihat foto seorang teman lama, dia sedang berfoto denganmu. Tertawa ceria. Kau tampak begitu bahagia. Aku lihat lagi senyummu yang sangat manis itu. Hatiku terasa lebih sakit kali ini tidak seperti biasanya, tapi untunglah teman lama itu berada di dekatmu sehingga kau bisa tertawa tidak seperti waktu aku pergi darimu, kau terlihat sangat sedih, air mata mengalir terus membasahi pipimu. Semoga senyummu takkan pernah hilang sampai kapanpun…

HAWA
Hari ini aku begitu sedih dan terpuruk… Setelah kau pergi entah kemana, hari ini ayahku memutuskan untuk pergi meninggalkanku juga, namun untuk selamanya yang kutahu dia tak akan kembali lagi. Aku takut, aku begitu kehilangan, terlebih kau tidak ada disampingku untuk menopangku jatuh. Aku bingung tidak tahu harus bertopang pada siapa… Hingga pada akhirnya teman lama menawarkan tangannya untuk membantuku berdiri, meminjamkan pundaknya untuk aku bersandar dan menyediakan seluruh waktunya menemaniku, menghiburku dan membuatku tertawa lagi… Dia membuatku merasa nyaman dekat dengannya. Sedikit demi sedikit dan sekilas dia mirip denganmu, dan bayanganmu mulai terlihat samar di mataku. Aku takut, bayanganmu hilang dari pikiranku dan hatiku tertutup, namun aku bisa menjamin tulang rusuk ini masi tetap milikmu…selamanya…

ADAM
Aku mendengarnya… Hatiku begitu merasa khawatir dan sakit ketika mendengarnya. Mendengar ayahmu telah pergi meninggalkanmu… Saat ini kau pasti sedih, merana dan terpuruk, ingin sekali aku berlari ke tempatmu berada dan memelukmu, namun aku tidak bisa berada disisimu, karena aku telah memutuskan untuk melupakanmu. Kau gadis yang kuat dan tegar, aku yakin kau bisa melalui semua seperti saat kau melalui waktu tanpaku… Saat ini aku tahu kau pasti berharap aku ada disana, memegang tanganmu dan mengatakan semua akan baik-baik saja… Namun kau tahu, aku tak bisa, karena sekarang ada dia yang harus ku genggam tangannya dan tak bisa kulepas. Kau pasti bisa… Walau aku tak berada disisimu, doaku besertamu…

HAWA
Aku dengar wanita itu meninggalkanmu… Entah alasan apa dia pergi, atau mungkin alasan   sama seperti yang kau lontarkan padaku ketika kau pergi, atau mungkin, bukan dia yang meninggalkanmu namun justru kau yang pergi meninggalkan dia? Apakah karena kau menyesal meninggalkanku di belakang? Tidak, itu hanya halusinasiku saja… Kau terlihat amat sangat sedih. Apa yang bisa kulakukan untukmu, adam? Apa aku harus menari dan bernyanyi seperti yang dulu biasa kulakukan untuk menghiburmu? Atau aku harus mendatangi dia dan memohon agar kembali padamu seperti yang kulakukan dulu pada wanita2 sebelum dia? Katakan padaku, teriaklah Adam, maka aku akan berlari mendapatkan yang kau inginkan lalu pergi menjauh melihatmu tersenyum dari tempat persembunyianku.

ADAM
Hawa, tahukah kau kalau sekarang aku sendirian meratapi nasibku? Aku merasa kehilangan, begitu sepi dan sedih, tapi untungnya hatiku tidak terasa sakit seperti ketika dulu aku pergi darimu. Ingin sekali aku berjumpa denganmu hawa, ingin sekali aku mendengar kata-kata lucu dan polos dr mulutmu. Ingin sekali aku melihat kau menari dan bernyanyi seperti dulu yang biasa kau lakukan ketika aku bersedih. Aku ingin melihat tingkah2 konyolmu, tertawa bersamamu… Entah mengapa saat ini ketika aku berpikir tentang dia, aku akan selalu teringat padamu, dan itu membuat hatiku sakit, namun semakin aku berusaha untuk memikirkannya semakin aku teringat tentangmu dan semakin sakit hati ini. Hawa… Apa yang harus aku lakukan saat ini, hanya kau yang selalu bisa menjawab semua pertanyaanku. Dia tidak mengatakan sepatah katapun ketika pergi dariku, yang dilakukannya hanyalah berpegangan tangan dan tertawa dengan pria yang bukan diriku.
Apakah aku harus pergi bertanya padanya dan menariknya kembali ke sisiku? Ataukah aku harus membiarkannya dan pura2 tidak mengenalnya? Oh, hawa, andai kau disini…

HAWA
Adam… Teman lama itu terus meminta tulang rusuk ini untuk menjadi miliknya… Untuk menemaninya hingga akhir hayat. Apa yang harus kulakukan, walaupun sekarang kau telah sendiri namun kau tak kunjung kembali ke sisiku… Apakah kau bersungguh-sungguh mengatakan kalau kau akan melupakanku dan menyuruhku untuk move on… Apakah itu tandanya kau tak akan pernah kembali? Bolehkan aku terus menggenggam tangan teman lama itu seumur hidupku, karena sekarang aku merasa ketergantungan dengannya. Aku takut dia juga pergi meninggalkanku seperti yang dilakukan dirimu. Mungkin ketika dia pergi aku akan merasa lebih kehilangan dibanding sewaktu kau meninggalkanku, karena sewaktu ia berada disisiku ia lebih erat memegang tanganku, lebih hangat memelukku dan lebih mesra menciumku, walau terkadang apa yang dilakukannya terlihat kasar dan semena2, namun aku merasa dimiliki seutuhnya, di lindungi…
Apakah aku salah berpikir begitu tentangnya atau aku yang salah berpikir tentang kau, adam?

ADAM
Hawa, aku melihatmu, akhirnya setelah sekian lama, aku melihatmu secara langsung… Entah mengapa jantungku berdebar kencang sekali karena terkejut melihatmu didepanku, dihadapanku seperti waktu pertama aku jatuh cinta padamu… Ingin sekali aku memelukmu erat seperti dulu, namun aku tak bisa. Kaki ini terasa berat sekali aku merasa tak pantas memelukmu, bahkan melihatmu. Aku merasa serba salah hingga aku ingin sekali kabur menjauh darimu, jauh dari tatapan sedihmu. Aku menjadi salah tingkah, padahal sebenarnya aku ingin sekali melihat senyummu lebih lama. Senyum yang selalu menghiasi hari-hariku dulu.. Hari ini aku merasa dan tersadar bahwa aku telah membuang seseorang yang berharga, seseorang yang selalu berada disampingku, yang mau bertingkah konyol hanya untuk melihatku tersenyum, yang mau jadi apapun demiku. Hari ini ketika ibuku merapikan gudang, aku melihat banyak tumpuka barang tidak terpakai yang ia buang. disana aku melihat sebuah rumah – rumahan yang masih terlihat rapih hanya sedikit berdebu. Rumah-rumahan yang kau buat untukku, sebuah rumah yang terlihat nyaman dan hangat. Rumah yang dulu kita impikan menjadi rumah kita selamanya… Tapi itu kini hanya menjadi rumah-rumahan, karena kini aku melihatmu bahagia, tertawa lebih banyak dan tersenyum lebih sering… Aku tidak mau membuatmu bersedih dengan kehadiranku lagi. Walau berat, aku akan menjagamu dari jauh… Tersenyumlah, tertawalah, berbahagialah, jangan memikirkanku dan bersedih…

HAWA
Aku melihatmu adam… Aku melihat lagi senyummu… Sama seperti dulu, tidak berubah sama sekali, senyum yang membuatku jatuh cinta, tapi sayangnya bukan senyumku lagi kini… Adam, tahukah kau aku ingin sekali memelukmu dan mengatakan betapa aku merindukanmu dan menantimu kembali. Tapi mulutku terkunci. Terbayang wajah teman lama tiba2 dan itu membuat lidahku kelu… Adam, yang kupikir bayanganmu telah hilang dari pikiranku, tapi ternyata hanya kusembunyikan di bawah relung hati tidak hilang sama sekali. Adam… Aku masih mencintaimu, walau kini aku tak bisa melepaskan teman lama dari genggamanku.

ADAM
Hawa… Aku merindukanmu, aku dengar dari bibiku, kau bertemu dengannya kemarin. Bagaimana bisa kau bertemu dengannya tapi tidak denganku lagi. Bagaimana mungkin kau bisa behubungan dengannya tapi tidak denganku. Ingin sekali aku meminta contactmu dari bibiku, tapi aku malu dan juga ayah ibuku mengawasiku. Entah mengapa mereka tetap tidak menyukaimu, kupikir hanya karena mereka belum mengenalmu lebih jauh. Seorang gadis manis sederhana yang penyayang dan rela berkorban. Mereka tidak bisa melihatnya karena mereka hanya melihat seseorang dari status sosial dan tingkat pendidikan, jadi ini bukan salahmu tapi memang total salah mereka dari awal mereka berkomentar tentangmu. Maafkan mereka, hawa, mereka tidak memberikan kesempatan untuk diri mereka mengenalmu lebih lanjut. Hawa… Aku merindukanmu, apakah kau mendengar suara hatiku?

HAWA
Aku telah memutuskan, aku akan menghabiskan seluruh nyawa ini bersama dengan teman lama. Kau memang pemilik tulang rusuk ini tapi kau tidak pernah menginginkan atau membutuhkannya kembali berbeda dengan teman lama yang tidak memiliki tulang rusuk ini namun ingin sekali memilikinya dan tak bisa hidup tanpanya… Aku tak bisa membiarkan teman lama bersedih karena aku tak mengijinkannya memiliki tulang rusuk ini. Aku tak bisa membiarkan diriku menjadi seperti kau, Adam, meninggalkan seseorang yang mebuatku merasa berarti, seseorang yang selalu ada untuk menopangku. Aku mencintaimu adam, selalu mencintaimu seperti janjiku, tapi aku harus memilih Adam, dan kau tak memberikanku pilihan lain selain ini. Aku sudah bilang ke teman lama, dia boleh memiliki tulang rusuk ini namun jangan pernah menghapus ukiran namamu disana, dan dia membiarkanku menyimpan ukiran namamu disana walau terlihat ia tidak menyukai ide ini. So… Wait for my invitation, i hope u can come and happy for me…

Tell Your Heart

There is a story about a man, a man who was never able to tell his feelings.

He likes a girl. His junior in junior high school, but he only could just be a good friend to her even though he knew that the girl liked him. He still keep silent, shut his mouth and his heart.

In Senior high school, when he would pass, he tried to tell her about his feelings, but suddenly he knew that she had a boyfriend. He then retreated and living in silence …

Six years passed after that. He later discovered that she was single and available … He tried to approach her again and told her about his feelings, but the fear is greater than the feeling. So, he tried to wait for the right time. And… the right time never comes if you do not make it …

Now, he only just can see the picture of the girl and dream it, praying, and waiting the girl to be single again…

It, remind me to one song from Saykoji, Indonesian…

Reff:
Kalau cinta ya bilang cinta,
Kalau sayang ya bilang sayang,
Jangan ditunda-tunda,
Nanti diambil orang…

So,
When you love someone, don’t hesitate to tell her/him your feeling before you regret it…

Regards,
The girl…